topbella

Jumat, 29 Mei 2015

Kisah Kasih Mami Papi...

My mother was the most beautiful woman i ever saw. All i am i owe to my mother. I attribute all my success in life to the moral, intellectual and physical education i received from her.To me she's perfection.


Mami, itulah panggilanku untuknya.. Mami bernama Henny Yueni Samosir, lahir di Solok, 09-11-1967, berarti sekarang usianya adalah 48 tahun (Tidak terlihat tua bukan?), mami anak pertama dari 4 bersaudara. Ayahnya (read: Opung Kumis) adalah seorang perwira polisi, tugas terakhirnya adalah di Polres Sawah Luntu dan ibunya (read: Opung Medan) adalah ibu rumah tangga. Ketika lulus SMA, mami kuliah di Universitas Dharma Agung jurusan Hukum di Medan, dan menikah dengan papi di Sawah Lunto. Lah, gimana ceritanya?


~Menurut kisah mami..~

Ketika papi liburan, papi mendatangi rumah Opung Samosir (maktuanya mami). Opung tersebut berkata kepada papi bahwa lebih cocok papi dengan mami daripada papi mencari yang lain, karena menurut opung kalau mami itu cantik, bisa masak, bisa bersih rumah, bisa segalanya. Tetapi, papi mengatakan bahwa papi tidak mau sama mami, karena mami jelek. (ya mungkin itulah gengsi seorang taruna). Saat itu mami cuek aja, karena menurut kisah mami, masih banyak cowok yang mendekati mami. Jadi, ga masalah dengan mami kalau dikata-katai jelek atau apapun. 

Hingga saat minggu advent tiba ketika papi pulang ke Sawah Lunto. Dimana saat itu naposo/pemuda gereja liturgi ayat alkitab, mami dan teman-teman pemudanya berdiri didepan altar gerejaDisaat itulah papi melihat mami dan mulai tertarik. Tetapi karena papi seorang taruna akmil, papi gengsi untuk mendekati mami di gereja (karena sudah berkata mami jelek didepan maktuanya) . Alhasil, papi mendekati mami dengan cara datang ke rumah mami. Hal itu bertujuan untuk mengambil hati orangtua mami terlebih dahulu, sebelum mendapatkan hati anaknya. Saat mami di Medan pun, papi tetap datang kerumah orangtua mami. Sekitar 1-2 tahun papi berjuang untuk mendapatkan hatinya mami dan akhirnya mereka pacaran (saat itu papi sudah menjadi perwira dan bertugas di Cianjur mereka pun pacaran). 

(Pada jamannya, masih belum ada yang namanya elektronik), cara berkomunikasi papi dan mami adalah dengan surat menyurat (suratnya dikirim minggu ini, nyampenya 2 minggu kemudian.. :D ). Menurut kisah mami, papi mengirim surat sampai berlembar" banyaknya tapi mami menjawabnya hanya setengah lembar (maksimal 1 lembar). Walaupun papi dan mami sudah pacaran, tapi tetap saja ada laki-laki yang ingin mendekati mami dan berkunjung ke rumah opung kumis untuk bertanya apakah mami ada pacaranya atau tidak. 

Karena hal itu juga, papi khawatir. Hingga berniat langsung menikahi mami. Padahal saat itu mami masih tingkat akhir, dan mami langsung disuruh pulang ke Sawah Lunto oleh opungnya. Papi dan mami menikah secara dinas terlebih dahulu setelah itu baru martumpol dilaksanakan. Tetapi, martumpol dilaksanakan oleh mami sendiri tanpa kehadiran papi (padahal, martumpol harus hadir kedua mempelai). Hal itu disebabkan oleh, papi diberi tugas mendadak oleh komandannya yang tidak bisa di tolak. Dan hal yang mengejutkan terjadi, bahwa mami diperbolehkan untuk martumpol sendirian setelah Gereja HKBP Pusat memberikan keputusan dan setelah mami ditanyai ayat sidinya (Filipi 4:13 "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku"). Pada akhirnya papi dan mami menikah secara gereja pada tanggal 27-01-1991 di Gereja HKBP Sawah Lunto, Sumatera Barat dan langsung menikah secara adat Batak.

10 bulan kemudian... Mami dan papi langsung dikarunia seorang anak laki-laki bernama Panogu Heinbert Chrissteven Panggabean yang lahir di Cianjur pada tanggal 01-12-1991 (anak yang ga mirip orang batak) fisiknya yang kayak orang cina banget dari matanya yang sipit, kulit yang putih dan montok, dann memiliki rambut yang lebat. Karena itu juga banyak yang mau mengasuhnya saat mami sibuk dengan urusan persit. Abang selalu memakai style yang modis. dari ujung kepala sampai ujung kaki yang selalu serasi warnanya....

3 tahun kemudian... Mami melahirkan anak ke-2, anak perempuan yang bernama Chatleen Ivana Rotua Alviola Panggabean, lahir di Cianjur, tanggal 26-07-1994. Beda dengan abang, aku dilahirkan dengan kulit hitam, mata yang bulat dan rambut yang botak. Mau dipakai baju apapun yang modis tetap aja norak (sampai sekarangpun, aku masih bertanya-tanya kenapa aku lebih hitam daripada abang.. hahahhaa), tapi Abang Pendeta (Alm. Tunggul Panggabean) selalu marah apabila ada yang mengolok-olok aku jelek. dan selalu mengatakan jangan bilang jelek, cantiknya dia nanti. (makasih abangku...).


Ini gambar ketika kami masih kecil...


Ketika sudah dewasaa....

 


Itulah kisah percintaan mami dan papi serta sekilas masa kecil kami..


Selalu sehat ya mam.. we love you.. 

Good night and God Bless.. 

Minggu, 10 Mei 2015

Ma, Pa.. Ini Aku Bayimu! Kenapa Aku Harus Dibuang? Apa Salahku?...


Ketika kita melihat bayi, apa yang tersirat didalam hati kecilmu? (rasa sayang? gemas? lucu? atau rasa ketakutan? kebencian?)

Kita pasti merasakan rasa sayang dan gemas ketika melihat bayi tersebut menangis, tertawa, tertidur. Tapi tak semua wanita dapat melahirkan seorang anak dari rahimnya sendiri. Walaupun demikian mereka tidak putus asa. Mereka mencoba dengan berbagai metoda dari tradisional hingga internasional (minum jamu hingga bayi tabung) untuk mendapatkan seorang bayi saja.  Ada yang berhasil mendapatkan anak dari usahanya tersebut, ada juga yang tidak berhasil. Bukan hanya sekedar mencoba segala metoda yang ada, tetapi mereka (pasangan suami istri) selalu berdoa kepada Tuhan, agar mereka dapat diberi kesempatan untuk mendapatkan anak dan membesarkannya. Ada yang menunggu 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun, bahkan 15 tahun untuk memiliki anak. Mungkin beberapa pasangan akan mulai mengadopsi anak. Wajarkah? Sangat wajar! Apalagi ketika anak tersebut dibesarkan dengan kasih sayang dan kebahagiaan. (Tidak-kah kalian melihat perjuangan mereka sangat luar biasa?)


Peluk hangat, cinta dan kasih sayang yang diberikan orangtua, serta kekhawatiran mereka kepada kita dari bayi hingga besar, apakah kita tidak merasakannya? Dari kita tidak bisa melakukan apa-apa menjadi bisa melakukan apa-apa? Ketika sakit saat kita masih bayi hingga ketika kita sudah besar bahkan ketika kita sudah berumah tangga? Tidakkah kita merasakan wujud cinta kasih mereka kepada kita?

Bersyukurlah ketika kita masih bisa merasakannya. Tapi... Apakah bayi yang dibuang oleh orangtunya mengerti akan hal tersebut? Merasakan cinta dan kasih sayang dari orangtua kandungnya? Mereka hanyalah korban dari akibat pergaulan seks bebas orangtuanya. Mereka tidak tahu apa-apa, Ia lahir karena Tuhan berkehendak dia lahir, ia tidak meminta kepada Tuhan untuk dilahirkan dalam kondisi tersebut karena akibat dari ulah orangtuanya... Ia hanya menerima apa yang diperlakukan oleh kedua orangtuanya...

Tidakkah seharusnya pasangan tersebut (pasangan diluar nikah) bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan? Membesarkan anak dari ulah mereka sendiri? Kenapa harus aborsi atau membuang anak yang baru lahir? Apakah karena malu? Sehingga mereka tidak mau mengakui dan bertanggung jawab? 



" TAPI... APAKAH MEREKA (PASANGAN DILUAR NIKAH) MERASAKAN MALU KETIKA SEDANG MELAKUKAN HAL TERSEBUT?" saya rasa tidak!

Kalau merasa malu, maka  mereka tidak akan melakukan hal tersebut dan tidak akan membuang bayinya... Apakah kalian tidak  mencoba merasakan apa yang diderita bayi tersebut ketika dibuang? Kedinginan, ketakutan... Hanya tangisan yang bisa bayi lakukan ketika ia merasa dirinya terancam... Bagaimana jika kita diposisi para bayi yang kondisinya dibuang oleh orangtua kandungnya?  Apakah mereka bisa hidup sendiri? tidak !

Tidak banyak bayi yang dibuang oleh orangtuanya yang masih hidup ketika ditemukan para warga. Beberapa kondisi bayi yang ditemukan warga antara lain bayi dalam keadaan yang sehat, kedinginan, kritis, bahkan terbujur kaku. Tidakkah kalian merasa kasihan melihat para bayi yang dibuang? Ketika aku melihat berita di stasiun TV tentang bayi yang dibuang, aku merasa kasihan dan sedih. Dipikiranku hanya ada pertanyaan "Kenapa harus dibuang? Jika masih ada pilihan yang lebih baik" 
Girls! Kita harus jaga diri kita baik-baik, jangan sampai hal tersebut terjadi. Ada waktunya kita melakukan "itu" dengan pasangan kita, saat sudah menikah. Ketika kita melakukan "itu" dengan suami kita, maka tidak ada rasa PENYESALAN sedikitpun. Dan ketika kita para perempuan dinyatakan "positif hamil" hanya ada rasa KEBAHAGIAAN yang kita peroleh ..

Girls! Ingat.. Kita adalah tombol ON-OFF  terakhir bagi para pria.. Ketika kita "mengiyakan" pria dengan permintaan yang "macam-macam" maka KRISTAL PECAH dan terjadi hal yang demikian..

Ingat papa mama.. Ingat harapan mereka kepada kita, betapa hancurnya hati mereka ketika melihat anak perempuannya "rusak".. Mulai lah berpikir panjang dalam melakukan segala sesuatu..

Tuhan memberkati... :)

Jumat, 08 Mei 2015

11 TAHUN?

Aku dibesarkan dikeluarga TNI, oleh karena itu aku selalu pindah-pindah daerah sesuai tempat yang ditugaskan kepada papi. Dan pada akhirnya, ketika berumur 10 tahun atau tepatnya tahun 2005 papi ditempatkan di Pekanbaru. Daerah yang panas, gersang dan masih kota kecil (pada masanya. hahha). Aku bertemu dengan anak perempuan yang bawel, cerewet, sifatnya kelaki-lakian, rambutnya suka diikat, dan hyperactive. Pertemuan itu terjadi di Gereja HKBP Pekanbaru, dimana katanya ketika aku perkenalan disekolah minggu itu sangat jutek. Cewe itu adalah Claudia Veronica Napitupulu kelahiran 15 Februari 1995. Entah kenapa dia berkata seperti itu. Pada kenyataannya aku dulu anak perempuan yang manis, feminim, dan lemah gemulai yang bermuka cantik dan manis serta berambut panjang. 

Claudia atau yang biasa dipanggil Cello. Memiliki sifat yang sangat berbeda denganku. Dia pinter berbahasa inggris, suka tampil di depan umum, dan otak berbisnis, pergaulannya sangat luas baik cewe maupun cowo, dia orang yang sangat memakai logika dalam hal apapun, dan untuk masalah cowo untungnya saja kami selalu berbeda pendapat dan berbeda tipe. Tetapi kadang kalanya ketika aku galau, dia bisa bersikap dewasa dan begitu juga sebaliknya. Kami memiliki cara pandang yang berbeda dalam situasi dan kondisi apapun. Oh ya, hati-hati dia memiliki banyak kecengan dimana-mana. Tapi, pertemanan itu hanya sebentar sekitar 1 tahun dan aku pindah ke Medan, (tanpa sempat untuk memiliki foto masa kecil). 

5 Tahun kemudian....


Kami dipertemukan di sosial media, dia mengatakan bahwa dia akan kuliah di Bandung. Betapa senangnya ketika mendengarkan berita tersebut. Kami berencana ketika itu untuk kuliah bareng, ngekos bareng, dan ambil jurusan yang sama yaitu Psikologi. Tapi pada kenyataannya, dia kuliah di UPI dengan jurusan PR dan aku jurusan Psikologi di Unjani (Pupus khayalan kami berdua). Cello bekerja di hotel dan tetap kuliah, sedangkan aku kuliah dan main-main. Pemikiran aku dan Cello tidak pernah sama, aku berfikir bahwa masa kuliah adalah masa dimana memenuhi hasrat penasaran (tapi guys, masih dibatas normal. Jangan melakukan apapun tanpa bisa bertanggung jawab, ya guys!) sedangkan dia memenuhi hasrat untuk berkarir.

Tapi sesibuk apapun kami, kami selalu sempatkan waktu untuk bertemu, mau dimall atau aku datang kekampusnya atau sebaliknya. Kami bercerita tentang apapun hingga lupa waktu. Oh ya, ketika ke UPI aku dikenalin sama Zaim loh, teman baiknya si Cello di UPI. Cello menceritakan kisah kami kepada Zaim, dan pada akhirnya Zaim jadi sahabat aku juga :). Ya walaupun ga ketemu tiap saat, tapi mereka berdua itu selalu ada untukku.

Pertanyaannya, kenapa aku maupun Cello bisa bertahan selama 11 tahun? Sedangkan kami memiliki sifat dan pola pikir yang berbeda? Guys, aku dan cello selalu memiliki toleransi. Ketika kami berbeda pendapat, kami kan langsung berhentikan topik tersebut, dan mengatakan "Ok, Skip Ola/Cello. Kita beda pendapat", yang penting kami sudah bercerita dan bertukaran pikiran.

Oh ya guys! Cello selalu protect abisss ketika dia tahu aku lagi deket sama cowo. Dia selalu menganggap kalau aku itu masih polos, dan tidak tau modusnya cowo bagaimana. Dia selalu cerewet dan mengingatkan aku selalu dengan mengatakan " Siapa orangnya? Baik ga? Gimana sifatnya? Inget papi dan mami, la. Jangan macam-macam... blablablaa"(Intinya sih niatnya baik, tapi yang ga baik itu adalah kuping panas dengar kebawelannya itu).

Guys! Cari sahabat yang bisa membuat kita menjadi dewasa. Dalam proses pencarian sahabat itu tidak gampang, karena kita  dituntut untuk selalu toleransi atas baik buruknya sifat dan tingkah lakunya...

Miss you cello <3
 
good night and God Bless..

Kamis, 07 Mei 2015

CEWE DI RANAH ADAT BATAK...


Oh ya, sudah buat blog tapi lupa untuk perkenalan ya... Namaku Chatleen Ivana Rotua Alviola Panggabean, lahir di Cianjur, 26-07-1994. Anak ke 2 dari 2 bersaudara, mempunyai abang yang super ganteng, rambutnya gondrong, TB 180 cm, putih, dan sipit (pokoknya cina bangetlah). Dari marganya sendiri kelihatan bahwa orang Batak kan? Tapi tak masalah, karena Batak adalah adat yang menurutku adalah adat yang kental dengan peraturan. Dari panggilan nama yang berbeda" (Tulang, uda, inanguda, namboru,dkk) tergantung nomer di marganya sendiri dan statusnya berada diposisi mana (pihak mami atau pihak papi). Semua diperhitungkan di adat Batak. Jujur, aku bangga adat batak, walaupun aku anak perempuan yang tidak mungkin meneruskan keturunan marga papi.

Awalnya, aku tidak setuju sama sekali kenapa perempuan yang di perlakukan secara diskriminasi banget. Toh sekarang masa emansipasi kok, kenapa ga disamaratakan antara aku dan abang di keluarga? Kenapa harus aku terus yang disuruh dirumah? Kenapa abang diperlakukan seperti anak mas? Kenapa aku harus dikekang sedangkan abang tidak? Kenapa aku harus bisa melakukan apapun sedangkan abang tidak?. Pemikiran itu wajar terlintas dipikiranku, mungkin karena aku sekarang ngekos di luar bandung, dan melihat teman-temanku yang tidak seperti aku, maka timbul rasa menentang dalam pola asuh yang diberikan oleh mami papi.

Aku merasa bahwa aku harus sama dengan abang, karena aku tinggal bukan di tanah batak, sehingga laki-laki atau perempuan itu harus sama dalam tanggung jawab dan tugas yang diberikan.
Menurutku, kalau mau hidup seperti itu, ya hidup dan tinggal dikampung bukan dikota metropolitan seperti ini. Karena, didunia pekerjaan tidak ada yang seperti itu, baik laki-laki ataupun perempuan harus sama bisa kerja. Itu yang dipakai dalam pekerjaan,  bukan yang diajarkan mami dan papi padaku.

Tetapi aku sadar sekarang, bahwa pola asuh yang diberikan kepada mami papi padaku dari kecil hingga sekarang, bukan semata-mata mengajarkan tradisi cewe di tanah batak. Tapi membuat aku belajar untuk mandiri dalam segala hal, membuat aku menjadi wanita yang di idam-idamkan para calon mertua (hahaha...). Yaaa, walaupun aku ga se-feminim cewe yang lain (sekitar 60% laah aku feminim) tapi aku bisa ngurus rumah tangga (dari bisa nyapu, ngepel, bersihin kamar mandi, sampai bersihin aquarium. dkk) hingga bisa masak (dari masak air sampai masak arsik dan saksang). Dan akhir-akhir ini, aku disibukkan dengan mengecat rumah. Sebenarnya tidak suruh sama mami sih, tapi karena mami sudah berumur (48 tahun) dan tidak tega untuk mami kerja sendiri, aku bantuin mami. Aku menyuruh mami untuk tidak kerja yang berat, karena aku tau stamina mami ga stabil. Dari sana aku sadar bahwa aku harus meningkatkan rasa inisiatif terhadap apapun yang terjadi.

Aku belajar untuk tidak egois, aku belajar dewasa dari pengalaman aku sendiri. Karena mami bilang bahwa "Semua perempuan pasti mau diajak senang, tetapi TIDAK semua perempuan mau diajak susah. Beradaptasilah dalam kesusahan, de." Ketika mami berkata seperti itu, aku berpikir, bahwa selama ini mami mengajarkan hal yang benar padaku, pelajaran yang berharga yang mungkin tidak semua orangtua berikan kepada anaknya perempuan. Aku tidak dimanja, aku tidak diajarkan untuk tergiur kesalon dan fashion lainnya, dan yang paling penting aku tidak pernah dimanjakan dengan materi. Aku diajarkan bahwa segala sesuatu ada prosesnya, segala sesuatu tidak instan didapat. Dan hal tersebut yang membuat aku bangga atas pelajaran yang diberikan papi dan mami.

Oh ya, girls! Ada Pancasila Boru Batak (anak perempuan di Batak) loh...

 Nah, artinya :
  1. Satu : Jago masak
  2. Dua : Cepat dalam melayani/ bisa beres-beres
  3. Tiga : Jangan kalah dalam berpenampilan
  4. Empat : Jago manortor/menari
  5. Lima : Ingat berdoa
Yang berarti juga kalau standar cewe itu ya seperti ini.. Ga terlalu sulit sih menurutku, karena yang paling sulit itu adalah nomer 3 (itu karena aku tidak suka yang ribet-ribet dalam berpenampilan). Dan menurutku juga dari ke-5 poin diatas, yang pertama kali yang dilihat cowo itu ya nomer 3 itu. Makanya itu masih jomblo (sampai sekarang), hahhahaa) kidding guys!

Lagu yang paling ola ingat dari kecil adalah lagu yang sering papi nyanyikan untuk ola disetiap ada panggung, mic dan musik adalah "Boru Panggoaran"
(Love you yang lagi di Lampung. Sehat selalu ya pi, dan Tuhan memberkati <3)



"Mam, pap.. Terimakasih atas pengajaran yang diberikan kepada ola. Terimakasih juga sudah mendengarkan omelan ola dengan sabar ketika ola lagi emosi karena ketidakadilan yang ola rasakan. :D" 
Love you mam, pap.. 
 
good night and Good Bless..



Rabu, 06 Mei 2015

Baper? Mau dibaperin?

Dalam pertemanan, mungkin sesama cewe biasa aja untuk physical touching, seperti megang tangan atau apapun itu. Tapi sesama cowo physical touching? mungkin dibilang homo. Tapi tenang saja, sekarang kita tidak membahas tentang physical touching sesama homo atau lesbi. Kita akan membahas bagaimana cara seorang cewe untuk tidak BAPER (Bawa Perasaan) dengan apa yang dilakukan seorang cowo.

Wajarkah cewe baper? Sangat wajar. Apalagi Personal Space tebal. Tapi, apa itu Personal Space? Personal Space itu arti sederhananya adalah batasan-batasan yang dimiliki seseorang dalam berhubungan dengan oranglain. bagi Personal Space yang tebal mungkin dia tidak bisa dalam hubungan yang dekat, apalagi baru kenal. Ia akan bermasalah dalam dirinya apabila ada seorang cowo yang mungkin iseng megang tangan dia atau sok PDKT-an. Tetapi, apabila kita punya Personal Space yang tipis, mungkin akan biasa saja. Bukan berarti murahan ya teman! Personal Space yang tipis itu dimaksudkan adalah bahwa cewe akan biasa aja dengan tingkah-tingkah cowo dalam bermodus, cewe ga akan risih atau apa. Dengan kata lain, cewe yang mempunyai personal space yang tipis, akan jarang merasa baper (kecuali cowo itu ekstra kerja keras untuk itu, pasti berhasil.)

Kita harus belajar untuk lebih menggunakan logika kita daripada perasaan, ya sekitar 70% logika sisanya perasaan. Kenapa? Contohnya saja ketika ada cowo yang merhatiin kita, senyum manja kepada kita, atau mau diajak kemana-mana. Jangan langsung ambil keputusan terlalu cepat ya girls! Mana tau dia cuman anggap kamu teman biasa, yang posisinya mungkin dia lagi bosan dengan cewenya, atau pengen cari referensi lain, atau mungkin dia penasaran dengan kamu. Biasanya, kalau cowo yang penasaran itu lebih berbahaya*. Kan berabe sendiri kalau salah persepsi

http://excelle.monster.com/nfs/excelle/attachment_images/0009/7586/tooclose_crop380w.jpg?1273764195
  
Oh ya girls! Jangan mau untuk di touching aneh-aneh sama cowo, (mau itu tangan, kepala hidung atau apapun itu). Apalagi cowo yang bermodus. Kita harus berhati-hati dengan segala tindakan cowo. Kenapa? Karna ketika endingnya buruk, yang sakit siapa? yang ngerasa siapa? Kita sebagai cewe karena kita gampang terbawa emosional.  Wajar dong jika kita berhati-hati.Sebenarnya Physical Touching itu tergantung dengan konteksnya, misalnya adalah ketika cewe cowo sedang mau nyebrang jalan, mungkin cowo itu megang tangan cewe agar tidak tertabrak. Ya tetap waspada yaa... Ingat, kita itu berharga dibandingkan apapun, kita harus bisa menjaga diri. Tetapi, bukan berarti sok jual mahal teman! Yang dimaksudkan, kita bisa menjadi rem bagi para cowo apabila hal yang dilakukan cowo itu sudah kelewatan batas. Cewe itu seperti tombol on-off  bagi para cowo. Cowo akan bereaksi apabila kita mengiyakan tetapi tidak akan bereaksi apabila kita melarang. (Kata dosen Psikologi Sosialku, cewe itu adalah rem terakhir untuk aksi para cowo, kalau tidak ya babblass kesananya).

Nah, bagaimana kita bisa menjadi tombol on-off? kita harus bisa menjadi cewe yang asertif. Arti sederhananya adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak . Dengan begitu kita bisa jujur kepada cowo mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak baik dilakukan. Karena kedekatan seorang cewe dan cowo bukan hanya dilihat dari sisi fisiknya saja, tetapi bagaimana cara kita membangun kenyamanan dengan pasangan serta membuat diri kita bertumbuh bersama dalam kedewasaan. 

 http://www.jagatinfo.net/wp-content/uploads/2015/03/triangularlove.gif

Apa sih ciri kepribadian asertif itu?
  1. Orang asertif memiliki pandangan positif perihal pendapat dan perilakunya. Pada saat yang sama, mereka tetap menghormati pikiran dan tindakan orang lain.
  2. Orang asertif biasanya berbicara jujur tentang pendapat mereka secara sopan tanpa harus menyakiti perasaan orang lain.
  3. Orang asertif termotivasi untuk mencapai tujuan serta apa yang mereka inginkan. Pada saat yang sama, mereka juga berusaha menghormati orang lain serta mengajak maju bersama.
  4. Orang asertif membuat kontak mata saat berbocara dengan orang lain. Ekspresi matanya cenderung tenang dan tidak agresif. 
  5. Orang asertif melihat semua orang memiliki kedudukan yang sama. Pendekatan mereka cenderung lebih demokratis.
  6. Orang asertif memiliki postur lurus tanpa membungkuk dan ekspresinya umumnya santai. Cara komunikasi asertif adalah berbicara ‘to the point’ tanpa berbelit-belit.
 Teman! Kita kan sudah tau nih bagaimana cara kita untuk meminimalkan perasaan kita ketika baper kan?

"Cowo yang baik adalah cowo yang bisa melindungi kita bukan hanya dari bahaya luar, tetapi juga dari bahaya dalam dirinya sendiri. Cowo yang bisa membuat kita nyaman dengan kesopanannya..."

good night, and God Bless...

About Me

 
Gifts Of History© DiseƱado por: Compartidisimo